Pada era globalisasi, akan banyak terjadi kerja sama pelaksanaan proyek dengan pihak dari luar negri. Proyek seperti ini dapat disebut sebagai proyek internasional dimana dalam pengelolaannya terdapat beberapa perbedaan dibandingkan dengan proyek biasa. Perbedaan yang paling besar adalah terletak pada pengelolaan stakeholder dari luar yang memiliki perbedaan budaya yang dalam hal ini adalah budaya dalam pelaksanaan proyek. Sering terjadi konflik akibat kondisi ini yang tidak dikelola dengan baik.
Diperlukan pengetahuan karakter umum penduduk suatu negara atau wilayah. Karakter dapat melingkupi perspektif dan atau budaya mereka terhadap kontrak dan janji, tingkat detail suatu perencanaan, cara bekerja, dan karakter khas lainnya yang mempengaruhi proyek. Pemahaman mengenai karakter ini berguna sebagai informasi tambahan dalam analisis dan melibatkan stakeholder pada proyek internasional atau proyek yang melibatkan pihak asing.
Menurut Lewis, perilaku budaya merupakan suatu akhir proses dari kumpulan kebijaksanaan, yang tersaring dan terpakai selama ratusan generasi sebagai keyakinan utama bersama, asumsi-asumsi atas nilai, gagasan, dan cara kegigihan dalam bertindak. Budaya juga dapat dikatakan sebagai pemprograman secara kolektif atas pikiran yang membedakan suatu kelompok manusia dengan manusia yang lainnya. Budaya yang diterima sebagai suatu yang normal pada dasarnya dibentuk dari pembelajaran dan keyakinan yang diwariskan berdasarkan agama,etnis, generasi, kelas, dan jenis kelamin, serta sosialisasi pendidikan dan etika profesi yang telah diajarkan dan diterima. Namun hal tersebut sebenarnya norma sangat subjektif.
Model perbedaan budaya, The Lewis (Lewis – 1930) yang memetakan budaya berbagai bangsa di dunia dapat digunakan untuk menganalisis stakeholder pada proyek internasional. Gambar berikut menunjukkan Model The Lewis ;

Richard Lewis membuat suatu model yang disebut sebagai The Lewis Cross Cultural Communication Model seperti yang ditunjukkan pada Gambar di atas. Model tersebut menunjukkan beberapa hal penting, yaitu :
- Bagaimana orang dari berbagai budaya berbeda dalam konsep waktu dan ruang seperti menangani jarak interpersonal, diam, dan kontak mata.
- Bagaimana komunikasi gaya komunikasi mereka terefleksi dalam bentuk bahasa yang digunakan.
- Bagaimana mereka melihat kebenaran atau fakta : sebagai seorang yang kaku atau dapat dinegosiasikan.
- Apa nilai-nilai, attitude, dan pandangan dunia mereka.
Berdasarkan Model The Lewis, dapat dibuat suatu peta yang menggambarkan perbedaan dan pergesaran budaya berdasarkan letak geografis seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah

Pada Gambar tersebut terlihat bahwa umumnya terdapat kesamaan antar negara yang berada dalam satu kawasan tertentu. Di samping itu, terlihat pula bahwa pergeseran budaya terjadi secara perlahan berdasarkan jarak antar negara atau wilayah.
Lewis menamakan kelompok budaya tertentu yang memiliki kemiripan ke dalam tiga kalompok, yaitu Linear-aktif, Multi-aktif, dan Reaktif. Adapun rincian karakter spesifik masing-masing kelompok budaya menurut Lewis ditunjukkan pada Tabel di bawah ini :

Berdasarkan Gambar di atas, perlu untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam untuk menilai budaya pada negara-negara yang berada pada posisi peralihan antara Reaktif dengan Multi-aktif atau antara Reaktif dengan Linear-aktif atau antara Multi-aktif dengan Linear-aktif. Negara-negara yang berada pada peralihan tersebut adalah :
- Negara-negara yang berada pada peralihan antara Reaktif dengan Multi-aktif adalah Bulgaria, Turki, Iran, Pakistan, India, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
- Negara-negara yang berada pada peralihan antara Reaktif dengan Linear-aktif adalah Singapura, Kanada, Finlandia, dan Estonia.
- Negara-negara yang berada pada peralihan antara Multi-aktif dengan Linear-aktif adalah Perancis, Polandia, Hongaria, Lituania, Belgia, Israel, Afrika Selatan, Denmark, Irlandia, dan Australia.
Model The Lewis dapat dimanfaatkan untuk perencanaan manajemen stakeholder yang lebih baik. Sebagai contoh, dengan berdasarkan Gambar di atas, diketahui bahwa bangsa Indonesia, termasuk kelompok yang cenderung reaktif dengan kombinasi multi-aktif. Jika dalam suatu proyek Internasional melibatkan Enjineer dari Finlandia yang cenderung linear-aktif dengan kombinasi reaktif, maka akan terdapat banyak hal yang secara budaya bertolak belakang yang berpotensi salah-paham bahkan konflik.
Konsekuensi atas perbedaan budaya dan cara berfikir dapat berdampak pada pelaksanaan proyek. Sebagai contoh adalah bahwa disebutkan bahwa bagi orang Jepang, kontrak adalah tidak berarti tidak dapat diubah jika banyak hal akan berubah sehingga kontrak perlu disesuaikan. Bagi orang Finlandia dan Swiss, kontrak adalah hal yang sakral yang harus diikuti jika telah ditandatangani. Namun bagi orang Italia, kontrak dapat dinegosiasikan. Sehingga kompetensi atau pemahaman atas perbedaan budaya ini menjadi penting bagi project manager yang bekerja-sama dengan orang yang berasal dari negara lain.
Referensi : Buku Advanced and Effective Project Management
Untuk melihat daftar artikel ⇒ Table of Content, dan konsultasi Project Management ⇒ Konsultasi. Daftar karya ada pada ⇒ Innovation Gallery, dan daftar riset pada ⇒ Research Gallery