Proyek PLTMG Bangkanai yang terletak di pedalaman Kalimantan Tengah memiliki banyak tantangan yang luar biasa. Proyek tersebut terdiri atas 16 gas engine yang masing-masing memiliki bobot 125 ton yang dibawa dari pabriknya di Italia menuju lokasi proyek yang memiliki medan yang sangat sulit. Diantaranya harus melewati sungai Barito yang memiliki tingkat pasang-surut yang tinggi, jalan akses 40 km yang sering berlumpur saat hujan dan berbukit-bukit, dan jembatan kayu yang melintasi sungai dengan lebar ±30 m.
Pada artikel ini akan fokus membahas mengenai jembatan yang melintasi sungai lebar 30 m yang berupa jembatan kayu yang tua dan diperkirakan tidak mampu dilewati oleh Engine 125 ton. Struktur jembatan eksisting yang dinamai Jembatan Palili ini berupa struktur kayu dengan konsep counter-weight pada abutment-nya yang dinilai hanya mampu menahan beban maksimum 70 ton. Untuk bobot 125 ton, perlu improvement khusus pada struktur jembatan. Penyelesaian masalah jembatan ini menjadi strategis buat kesuksesan proyek mengingat hanya ada satu akses, perbaikan jembatan dengan material lain akan sangat mahal, lokasi yang remote area, dan terbatasnya waktu untuk menyelesaikan perbaikan jembatan.
Metode awal yang dipilih adalah dengan menggunakan alat khusus berupa jembatan flyover portable yang dibawa dari Jakarta dengan panjang bentang 40 m dengan kapasitas cukup memadai yang disebut portable flyover bridge. Namun biaya pelaksanaan metode ini sangatlah mahal, yaitu sekitar Rp. 6-7 miliar dan membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3-4 bulan. Sehingga dibutuhkan metode lain yang lebih efisien dan waktu yang lebih singkat

- Key factors – Pada kasus ini, key factor ada pada kapasitas momen jembatan kayu dan pemilihan material jembatan serta metode konstruksi.
- Strategi cost reduction – Strategi cost reduction adalah dengan pengecilan bentang untuk mengurangi beban momen. Pengecilan bentang dilakukan dengan membentuk abutmen menjadi berbentuk arch bridge. Selanjutnya memperbanyak jumlah kayu pada abutmen untuk menambah kapasitas momen dari sistem counter weight struktur jembatan eksisting. Tambahan kapasitas momen selanjutnya adalah dengan menambah kapasitas momen pada sistem counter weight jembatan dengan menambahkan beban khusus pada dua truk yang diposisikan di depan dan di belakang gas engine. Material kayu digunakan karena berada pada daerah penghasil kayu hutan ukuran besar.

Biaya pembuatan struktur jembatan kayu adalah sekitar Rp. 500 juta (harga pada lokasi remote area). Sehingga, apabila dibandingkan dengan biaya rencana awal yang menggunakan portable flyover bridge yang harus didatangkan dari Jakarta, maka terjadi penghematan biaya yang sangat besar. Di samping itu, jembatan kayu dapat digunakan dalam jangka panjang (sekitar 20 tahun). Sehingga sekaligus dapat menjadi CSR bagi penduduk setempat. Dari metode pelaksanaan, dikarenakan menggunakan kayu hutan sekitar lokasi dan alat berat eksisting yang telah ada maka waktu pelaksanaan sangat singkat yaitu hanya 2 minggu. Beberapa gambar pelaksanaan dan aplikasi jembatan kayu ini, dapat dilihat pada Gambar berikut ini


Pelaksanaan rekonstruksi jembatan Palili telah berhasil menyelesaikan permasalahan utama proyek besar yang berada di tengah hutan Kalimantan. Seluruh gas engine telah berhasil melintasi jembatan dengan aman dan dengan tingkat lendutan tidak berbeda jauh dari perhitungan sebelumnya. Secara keseluruhan, proyek ini telah berhasil dengan kinerja yang sangat baik dan mendapatkan banyak penghargaan bahkan kajian mengenai jembatan Palili juga telah berhasil menjadi jurnal pilihan Internasional.

Referensi : Buku Advanced and Effective Project Management
Untuk melihat daftar artikel ⇒ Table of Content, dan konsultasi Project Management ⇒ Konsultasi. Daftar karya ada pada ⇒ Innovation Gallery, dan daftar riset pada ⇒ Research Gallery