Melaksanakan proyek tidak melulu bicara teknis. Seperti telah disebutkan bahwa faktor non-teknis justru memegang peranan yang lebih penting. Mau contoh? Jika anda memiliki ide brilian tentang hal teknis, tapi jika salah cara pendekatan dalam menyampaikannya dalam acara presentasi, ide brilian tersebut mungkin akan dianggap angin lalu. Kenapa, ini karena konflik motivasi!
Ilustrasi contoh di atas mungkin sering terjadi dalam keseharian pelaksanaan proyek. Sehingga tiap pelaku proyek semestinya memahami bagaimana komunikasi yang baik dengan stakeholder lainnya. Seperti contoh tersebut, ide yang baik belum tentu akan terealisasi jika salah dalam mengkomunikasikannya yang berujung pada akar permasalahan konflik motivasi.
Secara fakta pada dunia konstruksi Indonesia, pengetahuan dan penguasaan conflict resolution lebih ditekankan kepada pelaku proyek kontraktor. Hal ini kemungkinan karena perspektif bahwa kontraktor berada di bawah atau tidak sejajar dengan pemilik proyek. Padahal kontraktor haruslah punya banyak ide dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ide tersebut tentu saja harus dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pemilik proyek untuk dapat disetujui jika dibutuhkan approval dari pemilik proyek. Posisi kontraktor yang dijelaskan, dapat dilihat kembali pada grafik berikut dimana terlihat kontraktor memiliki kreatifitas yang rendah.
Pemahaman mengenai motivasi pada pelaku proyek atau stakeholder, sepertinya harus dikuasai. Sayangnya belum pernah terbaca ada penelitian mengenai motivasi stakeholder proyek tersebut. Sehingga penulis mencoba mentriggernya dalam tulisan motivasi pelaku proyek, dimana dirumuskan usulan tabel daftar motivasi pelaku proyek yang mengacu pada teori motivasi Maslow.
Pada tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat perbedaan motivasi antara pelaku proyek. Menurut penulis, perbedaan motivasi telah menciptakan peluang terjadinya konflik cukup luas yang terutama terjadi pada tiga motivasi yang dianggap paling sering terjadi pada proyek konstruksi yaitu fisiologis, keamanan / keselamatan, dan penghargaan yang meliputi tiga konflik motivasi yang utama, yaitu:
- Konflik motivasi fisiologis dan keamanan. Contohnya adalah ketika kontraktor mengajukan klaim pekerjaan tambah dengan maksud untuk menambah keuntungan atau mengurangi kerugian (fisiologis). Namun disisi lain, pihak pemilik proyek yang merupakan institusi pemerintah khawatir akan menjadi permasalahan hukum (Keamanan / keselamatan).
- Konflik motivasi keamanan dan penghargaan.Contohnya adalah ketika pemilik proyek menghendaki percepatan pada proyek pemerintah untuk maksud penghargaan dari Bupati (Penghargaan). Namun sayangnya percepatan yang diinginkan mengandung risiko keamanan konstruksi (Keamanan / Keselamatan).
- Konflik motivasi fisiologis dan penghargaan. Contoh kasus ini adalah jika kontraktor mengusulkan dalam rapat akan suatu perubahan (desain, metode pelaksanaan, atau schedule) karena untuk menghindari kerugian. Namun usulan tersebut disampaikan tanpa memperhatikan kondisi konsultan perencana atau konsultan pengawas yang umumnya berumur lebih senior atau merasa lebih tinggi posisinya. Penyampaian yang kurang tepat justru berakhir pada konflik.
Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil contoh yang terjadi sehari-hari dalam pelaksanaan proyek. Masih banyak kejadian lain yang mengerucut pada ketiga jenis konflik motivasi di atas. Kealpaan dalam mengidentifikasi dan antisipasi konflik motivasi seringkali berujung pada peningkatan kompleksitas proyek pada aspek non-teknis. Sehingga perlu kiranya untuk memahami dan merencanakan hal ini seperti yang telah dituangkan dalam PMBOK 5th tahun 2013 mengenai Stakeholder Management.
Referensi : Buku Advanced and Effective Project Management
Untuk melihat daftar artikel ⇒ Table of Content, dan konsultasi Project Management ⇒ Konsultasi. Daftar karya ada pada ⇒ Innovation Gallery, dan daftar riset pada ⇒ Research Gallery