Berdasarkan survey, diketahui bahwa telah terjadi inefisiensi pada biaya energi di proyek yang cukup besar bahkan hingga lebih dari 150% terhadap rencana biayanya. Jika berandai-andai bahwa saat ini sedang mengerjakan proyek dengan nilai Rp. 100 M, dan komponen biaya energi langsung adalah 2%, maka biaya energi adalah sebesar Rp. 2M. Jika terjadi inefisiensi 150%, maka cost overrun pada kelompok biaya ini adalah sebesar Rp. 1M atau menaikkan biaya proyek secara keseluruhan sebesar 1%. Ini tentu risiko yang cukup besar bagi pelaksanaan proyek yang harus diatasi.
Kondisi di atas jika dilihat secara korporat pada perusahaan jasa konstruksi BUMN dengan nilai produksi sebesar 6-10 Triliun (rata2 8 Triliun) dan asumsi porsi biaya energi yang langsung adalah 1,5% serta terjadi inefisiensi rata2 sebesar 125%, maka terjadi kerugian biaya sebesar 1,5% x Rp. 8T x 25% = Rp. 30M. Angka ini kurang lebih 10% laba bersih. Kondisi inefisiensi yang cukup besar dan terasa mempengaruhi dalam pencapaian laba bersih.
Salah satu inefisiensi biaya energi tersebut disebabkan oleh keterlambatan proyek yang dapat mencapai 30 – 40 % secara rata2 terhadap durasi awal. Ini adalah faktor utama inefisiensi biaya energi di proyek. Umumnya keterlambatan proyek disebabkan oleh faktor seperti tabel di bawah ini:
Faktor inefisiensi yang lain adalah pada penggunaan genset yang tidak efisien. Genset sering digunakan pada posisi stand by atau pada load yang rendah. Padahal walaupun dalam posisi stand by, genset tetap saja haus meminum BBM. Tidak percaya? Lihat saja grafik di bawah ini:
Faktor penting lainnya yang menyebabkan inefisiensi adalah budaya / attitute kerja yang tidak ramah energi. Contohnya adalah lembur yang terlalu sering, penerangan lapangan yang berlebihan, lupa mematikan listrik jika tidak diperlukan, dan lain-lain.
Penjelasan di atas menjadi pertimbangan dalam merumuskan serangkaian strategi dalam menghemat biaya energi pelaksanaan proyek. Strategi hemat energi secara keseluruhan terbagi dua kelompok besar yaitu strategi mengatasi inefisiensi yang sering terjadi dan strategi yang fokus pada efisiensi energi itu sendiri.
Berikut beberapa strategi penghematan biaya energi yang disampaikan secara singkat namun mudah-mudahan cukup jelas dan membantu dalam melakukan penghematan energi secara mudah.
1. Percepatan proyek.
Langkah ini terutama pada proyek yang durasinya dianggap melebihi durasi optimum. Durasi optimum adalah durasi proyek dimana biaya total adalah minimum. Lihat gambar di bawah ini:
Percepatan proyek akan membuat biaya energi akan turun secara linear terhadap besaran percepatan yang dilakukan. Adapun langkah-langkah percepatan proyek telah dibahas pada tulisan “Strategi Percepatan Waktu Pelaksanaan Proyek“. Bagi proyek yang sudah dianggap optimum, maka langkahnya adalah menjaga proyek tetap on the track dan selalu waspada terhadap ancaman keterlambatan seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Langkah ini diharapkan akan mampu menghemat biaya energi sebesar 10-15%.
2. Melakukan optimasi penggunaan alat berat dan ringan.
Langkah ini berdasarkan pendapat umum bahwa tidak ada perencanaan yang sempurna. Sehingga akan memunculkan peluang untuk dilakukan optimasi. Langkah ini dimulai dengan melakukan pengecekan antara kapasitas dan durasi penggunaan alat terhadap kebutuhan aktual. Grafik berikut menggambarkan hasil optimasi penggunaan alat yang pernah dilakukan di proyek.
Besarnya efisiensi energi adalah area antara garis kebutuhan energi alat rencana dan hasil optimasi. Pada proses optimasi, dapat pula dilakukan langkah perubahan metode yang dapat menghemat biaya energi. Langkah ini diharapkan mampu menghemat biaya energi sebesar 5-17,5%.
3. Optimasi procurement genset.
Ini adalah langkah penting dimana jarang sekali diketahui bahwa genset sebagai sumber energi utama di proyek seringkali memiliki tingkat fuel consumption yang relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan. Umumnya pelaku proyek memilih genset yang harga sewanya murah tanpa peduli aktual fuel consumption. Padahal biaya BBM dan Oli adalah 3 kali lebih besar dari biaya sewa. Sehingga parameter fuel consumption bisa dikatakan sensitif terhadap biaya energi. Langkah ini bisa menghemat biaya energi sebesar 6-10%. Secara konkrit, langkah ini dapat diwujudkan dalam suatu kontrak sewa yang mensyaratkan tingkat fuel consumption yang disepakati dan sangsi apabila genset yang ditawarkan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Langkah ini pada dasarnya mengikuti langkah PLN dalam melakukan sewa genset.
4. Pengendalian tingkat load penggunaan genset.
Langkah ini terutama adalah upaya penggunaan genset dengan load yang tinggi dan tidak menggunakan genset jika sedang stand by atau load yang rendah. Pada grafik hubungan antara fuel consumption dan load penggunaan genset, terlihat bahwa pada posisi stand by genset tetap meminum BBM sekitar 13-15% terhadap fuel consumption dalam kondisi load 100%. Data tersebut harus disikapi dengan melakukan segala upaya sedemikian penggunaan genset berada pada tingkat load yang setinggi mungkin. Koordinasi antara peralatan dan operasional tentu sangat penting dalam merencanakan penggunaan genset dengan load setinggi mungkin. Biasanya dapat dilakukan dengan peningkatan produktifitas lapangan secara bersamaan. Langkah ini dapat menghemat BBM sebesar 5-15%.
5. Penempatan Lokasi Genset Mendekati Titik Pusat Sebaran Alat Listrik
Banyak yang tidak sadar dalam menempatkan genset yang jauh dari titik berat sebaran alat listrik akan menghasilkan losses energi listrik yang lumayan di instalasinya. Untuk itu perlu dibuat perencanaan perletakan sebaran alat listrik untuk keperluan pelaksanaan proyek. Jika tak ingin repot, dapat fokus pada peralatan listrik yang butuh energi yang besar. Dengan menempatkan genset sedekat mungkin dengan peralatan listrik dan dapat dengan cara menempatkan genset dekat dengan titik berat sebaran alat, maka losses energi akan dapat dikurangi, di samping kebutuhan kabel yang lebih sedikit.
6. Penggunaan alat / bahan penghemat BBM.
Saat ini telah tersedia teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar. Pada penelusuran di internet, didapat dua cara menghemat BBM dengan cara menaikkan kesempurnaan pembakaran BBM, yaitu dengan alat dan dengan bahan. Salah satu alat yang saya anggap cukup meyakinkan berdasarkan data-data yang ada adalah Xpower (bukan iklan…sekedar info). Alat ini bekerja dengan menghasilkan dampak VORTEX yang menyempurnakan pembakaran BBM. Efisiensi yang didapat berkisar 10-25%. Berikut foto alat tersebut:
7. Penggunaan Alat Listrik Hemat Energi
Dengan kemajuan teknologi saat ini, telah tersedia begitu banyak pilihan untuk menggunakan peralatan listrik yang lebih hemat energi. Lihat saja teknologi lampu, sudah ada teknologi LED yang sangat hemat listrik. Sedikit lebih mahal, namun penghematannya akan bikin total cost lebih rendah. Selanjutnya peralatan AC yang sudah ada teknologi inverter yang bikin penggunaan AC akan jauh lebih hemat, bahkan hingga 50%.
Untuk melihat daftar artikel ⇒ Table of Content, dan konsultasi Project Management ⇒ Konsultasi. Daftar karya ada pada ⇒ Innovation Gallery, dan daftar riset pada ⇒ Research Gallery
[…] Manajemen Proyek Indonesia Just another WordPress site Skip to content HomeAboutDownloadTable of Content ← Strategi Hemat Energi Di Proyek […]
[…] Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com […]